Profil Desa Harjasari

Ketahui informasi secara rinci Desa Harjasari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Harjasari

Tentang Kami

Desa Harjasari, Kecamatan Suradadi, Tegal, merupakan wilayah agraris dinamis dengan potensi ekonomi konfeksi yang besar. Dikenal melalui tradisi unik arak-arakan burok dan haul leluhur, desa ini memadukan kekuatan pertanian padi dengan geliat industri kre

  • Pusat Agraris dan Konfeksi

    Perekonomian utama ditopang oleh pertanian padi yang subur dan didukung oleh industri konfeksi rumahan yang berkembang pesat dengan pasar hingga Jakarta

  • Kekayaan Tradisi Budaya

    Desa ini menjadi satu-satunya di Kecamatan Suradadi yang memiliki tradisi arak-arakan "burok" saat malam takbiran dan rutin menggelar "Haul Makam Kedungdarat" untuk menghormati leluhur

  • Lokasi Strategis dengan Tantangan Infrastruktur

    Terletak di ujung selatan kecamatan sebagai gerbang perbatasan, Harjasari memiliki populasi padat dan menghadapi tantangan dalam pemeliharaan infrastruktur jalan yang vital bagi konektivitas dan perekonomian

XM Broker

Terletak di ujung selatan Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, Desa Harjasari menjelma menjadi sebuah wilayah dinamis yang menggantungkan hidup pada sektor agraris, sembari terus menggali potensi ekonomi kreatif yang menjanjikan. Dengan denyut kehidupan yang kental akan tradisi lokal, desa ini menunjukkan geliat pembangunan dan tantangan yang menyertainya, menjadikannya salah satu desa paling signifikan di wilayahnya. Keberadaannya yang strategis, berbatasan langsung dengan wilayah kecamatan lain, membuat Harjasari menjadi gerbang sekaligus barometer kemajuan di bagian selatan Suradadi.

Desa Harjasari merupakan potret wilayah pedesaan di pesisir utara Jawa yang terus beradaptasi dengan zaman. Di satu sisi, hamparan sawah yang subur menjadi tulang punggung utama perekonomian warganya. Di sisi lain, inovasi dan semangat kewirausahaan mulai tumbuh, terutama di kalangan generasi muda, yang tecermin dari geliat industri konfeksi rumahan. Keseimbangan antara mempertahankan tradisi leluhur dan menyambut peluang ekonomi baru menjadi kunci utama dalam perjalanan desa ini menuju kemandirian dan kesejahteraan.

Kondisi Geografis dan Demografi

Secara geografis, Desa Harjasari menempati posisi strategis di bagian paling selatan wilayah Kecamatan Suradadi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal, Desa Harjasari memiliki luas wilayah mencapai 7,98 kilometer persegi atau sekitar 798,6 hektar. Luas ini menjadikannya salah satu desa terluas di Kecamatan Suradadi, dengan sebagian besar lahan dimanfaatkan untuk area persawahan irigasi teknis yang menjadi sumber utama mata pencaharian penduduk.

Letak wilayahnya berbatasan langsung dengan beberapa desa lain. Di sebelah barat, Harjasari berbatasan dengan Desa Jatimulya dan di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Kedungbanteng. Sementara itu, di sebelah timur, wilayahnya bersinggungan dengan Kecamatan Warureja dan di sebelah utara berbatasan dengan Desa Kertasari. Lokasinya yang berada di perbatasan antar-kecamatan ini menjadikan Harjasari sebagai jalur perlintasan penting bagi aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.

Berdasarkan data kependudukan yang dihimpun hingga akhir tahun 2022, jumlah penduduk Desa Harjasari tercatat mencapai 12.960 jiwa. Angka ini menempatkannya sebagai salah satu desa dengan populasi terpadat di kecamatannya. Dengan luas wilayah yang ada, kepadatan penduduk Desa Harjasari diperkirakan mencapai sekitar 1.623 jiwa per kilometer persegi. Data BPS pada tahun 2023 juga mencatat terdapat 1.980 kepala keluarga (KK) yang bermukim di desa ini, yang tersebar dalam struktur administrasi yang terdiri dari 7 Rukun Warga (RW) dan sejumlah Rukun Tetangga (RT). Beberapa dukuh atau pedukuhan yang dikenal di wilayah ini antara lain Dukuh Randu dan Dukuh Wanasari, yang masing-masing memiliki peran penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat.

Perekonomian Desa: Dari Sawah hingga Industri Konfeksi

Perekonomian Desa Harjasari berakar kuat pada sektor pertanian. Hamparan sawah yang luas menjadi pemandangan utama, di mana mayoritas penduduk bekerja sebagai petani penggarap. Komoditas utama yang dihasilkan yakni padi, dengan sistem irigasi teknis yang memungkinkan dua hingga tiga kali masa panen dalam setahun. Pertanian tidak hanya menjadi sumber pendapatan, tetapi juga membentuk pola sosial dan budaya masyarakat yang telah diwariskan secara turun-temurun. Keterikatan warga dengan lahan pertanian juga tecermin dari penggunaan alat-alat pertanian modern seperti traktor, yang bahkan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan budaya lokal.

Namun Harjasari tidak hanya bertumpu pada sawah. Dalam beberapa tahun terakhir, desa ini menunjukkan potensi ekonomi yang luar biasa di sektor industri kecil dan menengah (IKM), khususnya industri konfeksi rumahan. Puluhan unit usaha konfeksi tersebar di berbagai sudut desa, menyerap ratusan tenaga kerja yang didominasi oleh warga lokal. Produk yang dihasilkan bervariasi, mulai dari pakaian jadi hingga pesanan garmen lainnya. "Hasil konfeksi dari sini sudah dipasarkan hingga ke Pasar Tanah Abang di Jakarta," ujar salah seorang pelaku usaha lokal. Siklus ekonomi industri ini berjalan cukup teratur, dengan adanya jasa transportasi khusus yang setiap minggu mengantar produk jadi dan mengambil bahan baku dari pusat grosir di ibu kota.

Meskipun memiliki potensi besar, sektor konfeksi ini masih menghadapi sejumlah tantangan. Keterbatasan akses terhadap permodalan untuk pengembangan usaha dan pengadaan mesin jahit berkecepatan tinggi menjadi kendala utama. Selain itu, para pengusaha juga mengeluhkan sulitnya mencari teknisi mesin jika terjadi kerusakan, yang mengharuskan mereka pergi ke luar daerah. Namun, dengan sumber daya manusia yang melimpah dan etos kerja yang tinggi, banyak pihak meyakini jika ada dukungan nyata dari pemerintah daerah dalam mengatasi kendala tersebut, Harjasari berpotensi menjadi sentra konfeksi terkemuka di Kabupaten Tegal.

Pemerintahan dan Pembangunan Desa

Roda pemerintahan di Desa Harjasari dijalankan oleh seorang kepala desa beserta jajaran perangkatnya, yang bertanggung jawab atas administrasi, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Struktur pemerintahan desa mencakup sekretaris desa, kepala urusan (kaur), dan kepala seksi (kasi) yang membidangi urusan masing-masing, serta para ketua RW dan RT sebagai kepanjangan tangan pemerintah di tingkat komunitas. Berdasarkan pemberitaan hingga Juli 2023, desa ini dipimpin oleh Kepala Desa Marto, yang masa jabatannya berakhir pada tahun tersebut. Pada Oktober 2023, sebuah simulasi pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak telah dilaksanakan di lapangan desa, menandai proses demokrasi untuk memilih pemimpin baru. Namun, informasi mengenai kepala desa terpilih yang menjabat saat ini masih belum dapat terkonfirmasi secara resmi.

Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu fokus utama pemerintah desa. Sejumlah program, baik yang didanai melalui Dana Desa maupun sumber lainnya, telah direalisasikan, seperti perbaikan saluran irigasi untuk menunjang sektor pertanian dan renovasi balai desa. Meski demikian, beberapa isu infrastruktur masih menjadi keluhan warga. Salah satunya yakni kondisi ruas jalan poros yang menghubungkan Desa Harjasari dengan desa tetangga seperti Jatimulya. Kerusakan jalan tersebut dianggap menghambat mobilitas warga dan aktivitas ekonomi, terutama untuk pengangkutan hasil pertanian. "Jalan ini merupakan akses utama untuk ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Kalau rusak, tentu aktivitas warga terganggu," ungkap seorang warga dalam sebuah kesempatan.

Di sisi lain, kesadaran masyarakat untuk bergotong royong dan terlibat dalam pembangunan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari partisipasi warga dalam berbagai program, termasuk kegiatan Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang pernah diselenggarakan di desa tetangga dan memberikan dampak positif bagi Harjasari melalui pembangunan akses jalan usaha tani.

Kehidupan Sosial dan Budaya yang Unik

Di tengah arus modernisasi, masyarakat Desa Harjasari tetap memegang teguh tradisi dan kearifan lokal. Salah satu tradisi yang paling ikonik dan menjadi ciri khas desa ini ialah "arak-arakan burok" yang digelar setiap malam takbiran menyambut Hari Raya Idul Fitri. Burok, dalam konteks ini, merujuk pada patung atau replika raksasa dengan beragam bentuk, mulai dari tokoh kartun, hewan mitologi, hingga bentuk kendaraan modern, yang dibuat secara swadaya oleh para pemuda di setiap pedukuhan.

Kerangka burok dibuat dari bambu, kemudian dibalut dengan kertas dan dicat warna-warni serta dihiasi lampu kelap-kelip. Pada malam takbiran, burok-burok ini dinaikkan ke atas gerobak yang ditarik oleh traktor pembajak sawah, lalu diarak keliling desa diiringi alunan musik dari pengeras suara. Rute arak-arakan biasanya dimulai dari Dukuh Randu di selatan menuju Dukuh Wanasari di utara. Tradisi ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga ajang silaturahmi dan unjuk kreativitas antar-dukuh yang selalu dinantikan oleh seluruh warga, termasuk mereka yang merantau. Uniknya, di Kecamatan Suradadi, tradisi semacam ini hanya dapat dijumpai di Desa Harjasari.

Selain itu, kehidupan religius masyarakat juga sangat kental. Salah satu wujudnya ialah pelaksanaan "Haul Makam Kedungdarat" yang diadakan setiap tahun untuk mengenang dan mendoakan para leluhur desa, yakni Mbah Danasari dan Mbah Karya Diwangsa. Acara yang biasanya berlangsung selama dua hari ini diisi dengan kegiatan istigasah dan pengajian akbar yang dihadiri oleh ulama dan ribuan warga. Menurut Ahmad Sholihin, seorang tokoh pemuda Ansor setempat, tradisi haul ini penting untuk dijaga sebagai cara menghormati jasa para pendiri desa sekaligus menjadi pengingat akan kematian dan mempererat tali persaudaraan (ukhuwah) antarwarga.

Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan

Pemerintah Desa dan masyarakat Harjasari menaruh perhatian yang cukup besar pada sektor pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan tersedianya fasilitas pendidikan yang cukup memadai di tingkat dasar. Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di desa ini terdapat beberapa lembaga pendidikan formal, antara lain Sekolah Dasar Negeri (SDN) Harjasari 01 dan SDN Harjasari 03. Selain sekolah negeri, terdapat pula lembaga pendidikan berbasis agama seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI) NURUSSHOLIKHIN.

Untuk pendidikan anak usia dini (PAUD), di Harjasari terdapat Kelompok Bermain (KB) AL-IKHLAS yang berstatus swasta. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan ini menjadi fondasi penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Desa Harjasari. Meskipun demikian, untuk jenjang pendidikan menengah pertama (SMP) dan menengah atas (SMA), siswa dari Harjasari harus menempuh pendidikan di pusat kecamatan atau bahkan ke kecamatan lain, menjadi tantangan tersendiri bagi akses pendidikan yang lebih tinggi.

Di sektor kesehatan, fasilitas yang tersedia di tingkat desa meliputi Pondok Bersalin Desa (Polindes) dan beberapa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang tersebar di setiap Rukun Warga. Kehadiran Polindes sangat vital untuk melayani kesehatan ibu dan anak, sementara Posyandu secara rutin memberikan layanan imunisasi, penimbangan balita, dan penyuluhan kesehatan dasar. Untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih komprehensif, warga dapat mengakses Puskesmas di pusat Kecamatan Suradadi. Kendati demikian, isu-isu seperti krisis air bersih saat musim kemarau terkadang masih menjadi tantangan kesehatan lingkungan yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.